Sabtu, 15 Januari 2011

Hati-Hati Menghitung Pinjaman agar Tidak Menjadi Buntung

Pak Suto adalah pedagang peralatan rumahtangga keliling. Dia setiap hari keliling keluar masuk kampung membawa barang dagangannya dengan sepeda motor yang diberi keranjang. Dagangan Pak Suto karena harganya murah dan cara menawarkannya dengan baik menjadi laris. Setiap bulan keuntungan yang diperoleh dari menjajakan peralatan rumah tangga keliling kurang lebih sebesar dua juta rupiah. Semakin hari semakin banyak saja pembelinya, sehingga suatu saat Pak Suto berpikir untuk membeli mobil bak terbuka agar bisa mengangkut barang dagangan lebih banyak. Jika mempunyai mobil bak terbuka, maka pak Suto bisa membawa barang dagangan tiga kali lebih banyak. Pak Suto pun berpikir bahwa keuntungannya juga akan melonjak menjadi tiga kali lipat menjadi enam juta rupiah per bulan.
Pada bulan berikutnya Pak Suto datang ke bank untuk pinjam uang sebanyak 40 juta rupiah untuk membeli mobil bak terbuka bekas. Setelah dihitung-hitung, angsuran per bulannya sebesar 1,5 juta rupiah. Sementara itu dalam perhitungan Pak Suto dengan mobil bak terbuka, keuntungan usahanya akan berlipat menjadi enam juta rupiah. Dalam perhitungan Pak Suto, laba bersihnya masih akan tetap lebih besar dari semula yaitu enam juta dikurangi 1,5 juta menjadi 4,5 juta rupiah per bulan. Akhirnya Pak Suto memutuskan pinjam ke bank untuk membeli mobil bak terbuka bekas.
Setelah berhasil mendapatkan pinjaman ke bank, mulailah pak Suto dagang keliling peralatan rumahtangga dengan mobil bak terbuka. Pada tiga bulan pertama, ternyata Pak Suto cukup berat untuk mengangsur pinjaman sebesar 1,5 juta rupiah per bulannya. Pak Suto menentramkan dirinya bahwa ini baru awal-awal pengembangan usahanya, nanti jika sudah enam bulan akan meningkat pesat sebagaimana yang dibayangkannya. Setelah lewat enam bulan, ternyata Pak Suto juga masih merasakan berat untuk mengangsur pinjamannya. Apa yang terjadi dengan Pak Suto, mengapa dia merasa berat dengan kehidupannya sekarang ini. Dia mulai merasakan bahwa kehidupannya lebih baik ketika masih menjajakan barang dagangan dengan sepeda motor daripada dengan mobil bak terbuka.
Kisah di atas sudah banyak terjadi, dimana banyak pengusaha UMKM yang ketika mendapatkan tambahan modal pinjaman, usahanya tidak berkembang menjadi lebih baik. Istilahnya, pinjamannya tidak menambah keberuntungan tapi kebuntungan. Apa yang salah dengan Pak Suto? Pak Suto lupa bahwa dalam dunia bisnis tidak dapat dihitung secara matematis. Satu ditambah satu tidak selalu sama dengan dua, adakalanya tetap satu atau bahkan berkurang, bisa sama dengan dua atau bahkan sama dengan empat. Semua itu tergantung dari strategi bisnis yang dijalannkannya. Ada yang dilupakan Pak Suto bahwa biaya operasionalnya akan bertambah besar setelah keliling menggunakan mobil bak terbuka. Kelalaian kedua adalah tidak selamanya kalo dirinya membawa barang dagangan tiga kali lipat dari biasanya maka keuntungannya juga akan tiga kali lipat. Ada batas kapasitas pembelian konsumen yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Karena tidak menambah jangkauan pasar kelilingnya, maka kapasitas konsumen Pak Suto menjadi terbatas.
Kisah di atas memberikan pelajaran bahwa pinjaman modal usaha yang tidak dihitung secara cermat dan benar, hanya akan membebani usahanya. Bagaimana supaya pinjamannya tidak menjadi beban tetapi mampu meningkatkan kinerja usahanya? Sebelum memutuskan untuk meminjam, perlu dihitung terlebih dulu potensi pasar yang masih bisa diraih bukan hanya yang masih ada. Potensi pasar masih besar, tapi kemampuan untuk meraihnya tinggal sedikit karena akan kalah dengan pesaing, maka potensi pasar riil juga kecil. Setelah menghitung potensi pasar yang masih bisa diraih, dihitung dengan cermat berapa kebutuhan tambahan modal kerja untuk meraih potensi pasar tersebut. Berikutnya dihitung tambahan keuntungan yang akan diperoleh bila potensi pasar tersebut bisa diraih. Kemudian bandingkan antara tambahan keuntungan dengan beban angsuran pinjaman modal ke bank. Apabila tambahan keuntungan yang akan diraih masih lebih besar daripada beban angsuran, maka pinjaman modal ke bank menjadi pilihan yang tepat. Namun apabila beban angsuran lebih besar daripada tambahan keuntungan yang akan diraih, maka pinjaman modal ke bank hanya akan membebani usahanya.
Beberapa kejadian lain yang sering dijumpai adalah mengajukan pinjaman lebih besar dari pada yang dibutuhkan. Kelebihannya kemudian digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif, seperti handphone, sepeda motor dan peralatan rumah tangga lainnya. Tindakan-tindakan seperti ini hanya akan memberatkan sendiri para pelaku UMKM. Usahanya tidak berkembang, beban kehidupan semakin bertambah karena harus mengembalikan pinjaman. Hitunglah dengan cermat kebutuhan modal pinjaman supaya benar-benar bisa meningkatkan kinerja usahanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger